Jumat, 17 November 2017

HORROR STORY - 15 : PENASARAN...

Post oleh : Elios | Rilis : November 17, 2017 | Series :

CERITA INI ADALAH CERITA KISAH NYATA
&
CERITA INI CERITA PANJANG 


Awal dimulai - Part 01 

Gw lupa tgl dan bulannya kapan tp gw inget betul hari sabtu siang jam 13.00wib sepulang sekolah, tahun 2001. Gw masih mengenakan pakaian putih abu2 seragam khas sekolah SMA nongkrong di warung deket sekolah sama beberapa temen. Gw, andi, doni, farid dan beni.

"Don ntar malem maen yuk?" Ajak gw ke doni yg lagi menikmati segelas es teh di siang hari itu. Andi, farid dan beni pun berharap hal yg sama. Maklum kita berlima ini satu kelas dan kebetulan menyandang gelar yg sama, yaitu jomblo. Temen2 dikelas juluki kami genk pandawa jomblo. Ngenes gan..ketika malam minggu tiba, bukannya apel lawan jenis tp malah ngumpul batangan semua.
"Yaudeh ntar kumpul dimana? Pakek mobil lu ya ben, gantian!" Jawab doni yg agak sedikit protes karena seringkali setiap keluar bareng2 selalu pakek mobilnya. Beni mau tidak mau kali ini yg membawa mobil. Gw dan temen2 yg lain cm tertawa melihat reaksi beni yg agak sedikit kesal.

"Emang kita nanti mau kemana seh?" Tanya beni kepada kita semua memastikan tujuannya. bagi beni membawa mobil keluar dari rumah merupakan perkara tidak mudah, karena sulitnya ijin meminjam mobil ke orang tua nya melebihi sulitnya ujian akhir nasional.
Gw mengusulkan ke temen2 semua kl malam minggu ini gmn kita hunting ke tempat2 horror gitu gmn? Apa kalian enggak penasaran?? Kl cm sekedar nongkrong atau nonton uda terlalu mainstream. Reaksi temen2 mendengar penjelasan dan ajakan gw bermacam macam. Farid dan beni langsung menolak!

"Gila lo! Ke tempat serem kyk gitu ngapain coba?" Gerutunya dan diikuti farid yg setuju dengan beni. Sementara andi dan doni membujuk mereka berdua, gw masih terdiam menikmati rokok yg barusan gw nyalain. Alasan doni membujuk beni untuk ikut cukup jelas, doni keberatan kl tiap kali keluar harus pakek mobilnya. Kl andi? Andi setuju dengan pemikiran gw anti mainstream!

"Yaudeh ntar mlm keluar pakek mobil gw. Bensin tp pt2 yak!" Ucap gw yg mencoba mengerti kondisi beni yg sebenarnya keberatan utk membawa mobil. Dengan wajah penuh kebahagiaan beni setuju ikut. Emang setan nih anak, alasan enggak mau bawa mobil aja pakek acara enggak setuju dengan usulan gw hunting ke tempat horror. Farid yg tadinya tdk setuju mau gak mau harus ikut. Pada saat itu juga kita semua langsung briefing persiapan nanti malam. Kami saling membagi tugas. Tugas gw bawa mobil, tugas doni bawa handycam & tripod, tugas beni bawa beberapa kamera (kebetulan doi punya kamera paling bagus diantara kita semua), tugas farid & andi bawa senter dan logistik.

Tujuan kita kemana? Tujuan kita pd malam hari itu ke bekas hotel di salah satu bukit kota semarang yg sudah tidak terpakai dan tidak terawat sama sekali.

"Lho di portal? Benar masuknya dari sini?" Tanya gw ke temen2 yg lain. Tidak ada jawaban satu kata pun dari temen2. Mereka semua menatap ke arah portal yg sudah nampak berkarat menutupi jalan masuk ke hotel yg masih beberapa meter ke dalam. Gelapnya malam, pohon2 tinggi di hadapan kami, jalan yg sudah tidak layak dilewati dan tidak ada cahaya sama sekali. Hanya lampu sorot dari mobil gw yg menerangi pandangan di depan kami ini. Gw turun dari mobil mencoba untuk membuka portal yg tertutup. Doni sempat melarang gw turun dari mobil, tapi atas dasar kesetiaan kawan doni ikut turun membantu gw membuka portal. Sementara temen2 yg lain sama sekali tidak turun dari mobil sedan berwarna hitam gw. "Ah dasar penakut!" Gerutu gw sambil mencoba membuka portal. Doni yg melihat gw hanya tersenyum.

Dengan perlahan mobil gw masuk melewati portal yg sudah terbuka. Tidak ada kata yg terucap dari temen2. Mereka semua masih diam. Kecuali doni, yg duduk di depan sudah mulai sibuk merekam perjalanan ini melalui handycam nya. Wiper langsung gw nyalakan karena hujan gerimis mulai turun menambah suasana malam ini makin menjadi mencekam.
"Stop!" Ucap doni mencoba menghentikan laju mobil ini. Gw pun langsung rem mendadak karena gw jg tau apa yg doni lihat melalui handycam nya. Di depan mobil gw berdiri seorang anak kecil yg kira2 berusia 8-10 tahun memberi peringatan ke kami untuk berhenti. Tanpa pikir panjang walaupun di luar kondisi hujan gerimis gw, doni, andi dan beni langsung turun dari mobil menghampiri bocah yg berdiri di depan mobil gw. Kecuali farid yg takut turun dari mobil.

"Adek siapa?" Sambil agak berjongkok gw mencoba bertanya ke bocah yg sekarang posisinya ada di depan gw persis. Doni disamping gw hanya diam sambil merekam. andi dan beni terlihat memastikan apakah bocah yg di depan kita ini bener2 manusia apa bukan. Entah sejak kapan keberanian kedua temen gw ini terkumpul. "Mas2 nya kl mau masuk ke dalam, mobilnya parkir disini!" Perintah adek ini menjelaskan kl mobil tidak bisa masuk sampe dalam lg. Kami semua saat itu juga mengambil peralatan di dalam mobil. Terpaksa mobil harus gw parkir tidak sampe masuk halaman hotel. Farid?? Mau tidak mau jg harus turun. Segera langkah ini mengikuti bocah yg ada di depan kami. "Namaku anggi" ucap bocah yg ada di depan tanpa melihat kami. Sepertinya dek anggi sudah paham betul maksud kedatangan kami setelah melihat peralatan yg kami bawa.

Kami semua terdiam, di depan kami sekarang berdiri bangunan hotel yg lumayan besar dan luas tp sudah tidak terawat dan sudah tidak layak di huni. Akar2 dari pohon besar di sekeliling hotel terlihat sudah merambat ke bangunan hotel. Sungguh sudah tidak layak disebut bangunan. Maklum konon ini hotel sudah ditinggalkan puluhan tahun yg lalu.

"Aku tinggal disini sama keluarga dan beberapa org lainnya di bangunan sudut itu" dek anggi menunjuk bangunan yg dimaksud. Bangunan tempat teduh mereka dari panasnya siang dan dinginnya malam yg di maksud adalah bekas pos satpam yg terlihat masih layak. beberapa orang memandang kami ramah. Tidak banyak memang, hanya sekitar 6 orang yg ada di pos satpam yg terlihat masih layak bangunannya.

"Oalah iki gelandangan fad" bisik andi ke gw yg memperhatikan kondisi dek anggi dan orang2 yg berada di pos satpam hotel. Gw hanya diam mendengar bisikan andi.

Tidak membutuhkan waktu lama kami saling mempersiapkan diri. Beni membawa dua kamera yg satunya diberikan ke farid utk ikut mendokumentasi selama kegiatan disini, doni memberikan satu handycam ke andi, dan gw membawa dua tripod yg akan digunakan nanti. Dek anggi yg melihat kegiatan kami langsung paham betul dan menunjukan tempat aura yg paling negatif di bangunan hotel ini. Langkah kaki ini mulai memasuki bangunan hotel ini. Juru kunci kami? Bocah yg masih berumur 8-10 tahun ini juru kunci kami! Keberaniannya melangkah yg paling depan. Seharusnya kami malu! Tp karena tidak mengenal baik tempat ini maka kami lebih memilih dibelakangnya. Alasan untuk pembenaran yg sebenarnya pd ketakutan.

"Disini pusatnya!" Ucap dek anggi yg berhenti di lantai dua. Terlihat ruangan ini mungkin dulunya restoran hotel ini. Karena masih sisa beberapa meja bundar yg sudah tidak terpakai. Di bagian kanan restoran atau arah ke utara hotel ada jendela yg sudah tidak nampak kacanya. Dari jendela tersebut dibawah terlihat ada kolam renang yg di dalamnya tumbuh alang2 dan tumbuhan liar. Di bagian kiri restoran atau arah selatan hotel ada beberapa ruangan kosong yg tidak berpintu. Gw langsung memasang tripod tanpa menunggu perintah siapa pun di kedua sudut ruangan. Andi dan doni langsung mengerti memasang handycam yg mereka pegang di kedua tripod. Farid dan beni mengambil beberapa gambar di dalam ruangan dan dari jendela restoran kearah luar hotel dan kolam renang.

"Ambil gambarnya jgn cuma sekali tp beberapa kali jepretan!" Perintah gw ke farid dan beni. Mereka berdua paham apa yg gw maksud.

"Terus ini handycam kita tinggal apa gmn?" Tanya doni sambil memastikan rekaman yg sedang berjalan merekam di handycam tetap focus. Begitu pula dengan andi.

"Kita tinggal sebentar" mendengar jawaban gw, doni agak ragu utk meninggalkan handycam nya. Hal itu wajar karena takut kl kedua handycam nya hilang. Tp gw dan andi menyakinkan ke doni kl kita enggak akan jauh dari tempat ini.

Kaki ini melangkah menaiki anak tangga menuju lantai 3. Lantai 1 lobi dan kamar hotel, lantai 2 restoran dan kamar hotel, lantai 3 kamar hotel dan dua aula yg tidak begitu besar. Dalam hati berkata entah kenapa hotel ini ditinggalkan. Kl di lihat dari segi tempat, hotel ini punya lokasi strategis. Lokasi berada di atas bukit dan mendapatkan view kota semarang.

"Kalau kalian memang ada maka hadir lah. Kalian terusik dengan kedatangan kami? Mana penampakan kalian yg cuma ada di cerita2 orang doang!" Ucap andi menantang yg mungkin sudah berharap ada nya penampakan. Farid dan beni yg begitu mendengar ucapan andi dari belakang langsung nyelonong kedepan ketakutan. Gw hanya tertawa mendengar ucapan andi. Dan dari ucapan andi tidak butuh waktu lama kami semua mendapat jawaban.

"Brakkk..!!" Suara itu terdengar di lantai dua. Kami langsung segera turun ke lantai dua. Farid dan beni mencoba mencegah, gw tidak menghiraukannya. Gw, andi dan doni sudah berada di lantai dua. Kami bertiga melihat kedua tripodnya telah jatuh. Menyusul farid, beni dan dek anggi sudah bergabung di lantai dua.

"Ah mungkin cuma angin.." Ucap gw berpikir positif. Belum lama mulut gw berucap, doni dengan suara terbata2 ngomong "itu..itu lihat handycam dan tripodnya melayang" semua pandangan langsung tertuju kearah handycam yg di dekat jendela. Ya betul! Handycam dan tripodnya melayang kurang lebih satu meter dari lantai. Semua melihat pandangan itu terdiam. Mulut andi yg tadi berucap menantang sekarang berucap istighfar. Dek anggi yg tadinya melangkah paling depan dengan berani sekarang memeluk kaki gw dari belakang. Berharap yg di lihatnya bukan hal yg nyata.

"HIHIHIHIHIHIII....." Sungguh suara tertawa perempuan yg kami dengar membuat nyali kami saat itu lumpuh. Entah dari mana asalnya yg jelas kami semua mendengarnya. Sebenarnya saat itu gw pengen farid dan beni mengambil beberapa gambar dari kamera yg dipegangnya. Tp yg gw lihat farid dan beni sudah memejamkan mata terlihat mulutnya komat kamit membaca doa2.

"Brakkk..!" Handycam dan tripod yg tadi melayang sekarang jatuh. Suara tertawa yg membuat nyali ciut jg hilang. Gw langsung ambil itu handycam yg kondisi masih merekam dan tiba2 mati dengan sendirinya.

"Sialan!" Maki gw yg masih tidak percaya dengan apa yg gw lihat di handycam. Jam sudah menunjukan pukul dini hari. Dek anggi meminta ijin ke kami utk pulang ke pos satpam yg menjadi tempat tinggalnya. Kami semua ikut keluar dan menyudahi malam ini. Sesampainya di pos, bapak anggi masih belum istirahat. Menunggu kami dan tentunya menunggu buah hati nya yg dari td bersama kami.

"Gmn mas2nya sudah dpt yg di cari? Soalnya dari bawah sini td bapak melihat kearah lantai dua pd asik2 bercanda" ucap bapak dek anggi sambil menyuruh anaknya masuk ke dalam pos. Kami semua yg mendengar ucapannya heran. Apa yg diucapkan sama bapak nya dek anggi dengan kenyataan yg kami alami sangat lah berbeda. Atau mungkin mereka sudah terbiasa??? Ah sudah lah...

Kami semua berpamitan dan tak lupa kami memberikan uang ke bapak dek anggi utk putra nya yg sudah menemani kami malam ini. Beberapa bungkus rokok jg kami tinggalkan.

Malam ini merupakan pengalaman pertama kami. Sepanjang perjalanan pulang gw jg melarang temen2 utk melihat hasil rekaman dan foto td. Esok harinya kami semua kaget setelah melihat hasilnya..!


Lawang Sewu - Part 02

Setelah melihat hasil foto dan rekaman di hotel rasanya kami semua tidak percaya. Gmn tidak? Karena hasil yg kami dapatkan tidak ada gambar dan suara sama sekali. Semuanya berwarna gelap. Kecuali hasil gambar dan video sebelum kami memasuki hotel tersebut.

.....

"Gimana neh?? Rasanya sia2 apa yg kita lakukan semalam" ucap gw yg masih memutar kembali rekaman video dari handycam seakan masih tidak percaya. Begitu pula dengan temen2 yg lain. Andi mengusulkan utk kembali hunting di hotel. Tp gw dan temen yg lain keberatan. Karena paling tidak kita harus mencari lokasi baru.

"Kl ke lawang sewu pd setuju enggak?" Usul doni ke temen2 yg masih pd tiduran di sofa dan kasur lipat.

"Oo a*u ki! Luweh medeni ndes! Gah, wedi aku." Protes farid yg mendengar usulan doni. Gw jg memaklumi kl farid segitu takutnya. Mengingat yg dituju adalah lawang sewu. Kalau dibandingkan dengan lawang sewu yg sekarang, mungkin mulut farid tidak akan mengucapkan kalimat tersebut.

"Gimana kl kita cek lokasi lawang sewu nya siang dulu? Kita lihat sikon dulu disana. Kl memang enggak memungkinkan ya jangan di lanjut." Mendengar penjelasan gw temen2 yg lain sejenak berpikir dan mereka setuju. Lebih masuk akal kata farid.

Gan apa yg dipikiran agan sekalian ttg lawang sewu? Bangunan bersejarah peninggalan penjajah?? Atau simbol landmark kota semarang yg menjadi saksi pertempuran lima hari di semarang?? Atau hanya bangunan yg megah tp horror banyak demitnya?
Tetapi kami saat itu mengenal lawang sewu bukan karena dari bangunannya atau kisah horrornya. Tp sosok yg tinggal di halaman belakang lawang sewu dan menjadi juru kunci lawang sewu. Mungkin sebagian agan2 ada yg kenal beliau. Bagi yg belum kenal, gw perkenalkan beliau adalah Mbah Tunggak.

Mbah Tunggak ini orang dari jaman penjajahan. Merupakan Veteran yg ikut andil dalam sejarah bangsa Indonesia. Walaupun usia nya sudah menginjak 70 tahunan lebih (gw lupa tepatnya berapa) tp fisik beliau masih bugar seperti umur 50 tahun. Bahkan masih sanggup menghisap rokok kretek tanpa nafas yg tersenggal senggal. Beliau bisa menempati lawang sewu dan menjadi juru kunci nya atas mandat dari mantan Presiden Soeharto. Kami ditunjukan salah satu foto sejarah beliau bersama Pak Harto menanam sejumlah tanaman di lawang sewu. Selain mengenal betul seluk beluk lawang sewu ini, satu lagi kelebihan beliau, mbah tunggak ini sangat fasih berbahasa inggris, belanda dan jepang. Dengan semangat 45 mbah tunggak menceritakan sejarah kepada kami semua.

"Makasih mbah, kita semua jd bertambah pengetahuan tentang sejarah." Ucap gw yg mendengarkan cerita sejarah dari seorang pejuang yg masih hidup. Kami semua tidak bosan mendengar cerita sejarah dari mbah tunggak di gubuk kecil ini. Gubuk yg letaknya dibelakang lawang sewu. Gubuk yg menjadi tempat tinggal mbah tunggak. Sebenarnya mbah tunggak diberikan tempat tinggal di salah satu bangunan lawang sewu, yg sekarang menjadi ruang/kantor pengelola lawang sewu. Tp beliau memilih tinggal di gubuk. Sedangkan anak2 beliau dan cucu nya tinggal di bangunan tersebut.

"Mau keliling di dalam sekarang apa nanti malam??" Tanya mbah tunggak ke kami semua.


Ruang Bawah Tanah Lawang Sewu - Part 03



Gw, andi, doni, beni dan farid memilih malam hari untuk menjelajahi lawang sewu. Kami berani malam hari karena adanya mbah tunggak yg menjadi juru kunci. Orang yg tepat dan tau betul bangunan sejarah ini.

"Kita nanti malam bawa senter yg agak besar, ada yg punya?" Tanya gw ke temen2. Farid menyanggupi pertanyaan gw. Kali ini persiapan kita jauh lebih matang dari sebelumnya.

Jam 23.00wib kami semua sudah tiba di lawang sewu. Mobil kita parkirkan di ruko samping lawang sewu. Langkah ini menyusuri sungai di samping lawang sewu. Kami langsung menuju gubuk tempat tinggal mbah tunggak yg ada dibelakang. Nampaknya mbah tunggak sudah menunggu kedatangan kami. Duduk di depan gubuk sambil menghisap rokok kretek dan menikmati kopi hitam disampingnya.

"Assalamualaikum mbah?" Sapa kami kepada beliau yg menyadari kedatangan kita semua.

"Sudah siap semua? Ngapain bawa senter? Katanya pengen lihat? Ini mbah sudah menyediakan lilin buat penerangan di dalam. Enggak perlu bawa senter. Senter ditinggal disini saja!" Ucap mbah tunggak yg melihat kami membawa dua senter besar. Dengan ijin beliau juga kami diperbolehkan merekam dan mengambil gambar dari handycam dan kamera yg kita bawa.

"Kita mulai dari sini. Ruangan bawah tanah!" Dengan hati2 kami masuk melalui celah kecil atau bisa disebut selokan. Mbah tunggak langsung menyalakan lilin yg dibawanya dan sebelum melangkah lebih jauh beliau memimpin doa. Beliau berdoa dengan cara islam, kristen, katolik, hindu dan budha semua dibaca! Kami yg mendengar heran plus kagum dengan sosok beliau.

"Liputan liputan..utamakan liputan" ucap andi ke doni dan beni yg memegang handycam. Gw hanya tersenyum kecil mendengar ucapan andi.

Suara air semata kali yg menggenang terdengar karena langkah kaki ini berjalan menyusuri lorong bawah tanah lawang sewu. Mbah tunggak menceritakan apa yg pernah terjadi di dalam sini. Mulai dari jaman era belanda hingga penjajahan jepang. Dari penjara berdiri (yg hanya cukup ditempati dua sampai empat orang) & penjara duduk bagi yg melawan jepang. Yg belum mati juga di penjara duduk/jongkok, tentara jepang akan mengisi air di penjara tsb untuk menenggelamkan tahanan penjara duduk/jongkok. Semua bergidik ngeri mendengar cerita mbah tunggak. Tidak ada yg berani berjalan yg paling belakang. Semua berjajar. Kecuali disaat pindah ruang kesisi ruang lainnya semua harus gantian memasukinya. Tidak semua ruang bawah tanah yg terhubung memiliki akses pintu yg mudah di lalui.

Ada dua ruangan bawah tanah yg memang ditutup secara permanen. Kedua lorong tersebut salah satunya mengarah ke pelabuhan tanjung emas dan satunya lagi mengarah ke salah satu rumah sakit. Kenapa ditutup?? Alasannya tidak bisa dijelaskan melalui cerita ini.

"Bentar fad, handycam batrai nya lowbet neh. Berenti dulu ganti bentar" seru beni ke gw untuk meminta mbah tunggak berhenti sebentar. Kita berhenti di lorong yg ternyata pada tahun 2007 (kl enggak salah dibuat lokasi uji nyali acara dunia lain).

Temen2 yg lain mendengar cerita mbah tunggah dengan serius tentang masa lalu ruang bawah tanah ini di masa penjajahan jepang. Sementara beni lg focus mengganti baterai handycam yg dia bawa, gw lagi melihat mbah tunggak yg tidak merasakan panas sedikitpun akibat dari tetesan lilin yg beliau pegang di tangan kanannya. Kekaguman gw pecah sekita kami semua mendengar langkah kaki menghampiri keberadaan kami.
"Mbah.." Kata itu cukup mewakili perasaan takut yg kita rasakan.

"Hoi! Ojo ganggu putu ku!!" Bentak mbah tunggak kearah lorong gelap disisi belakang kami. Mbah tunggak meminta kami jalan di depan, sedangkan beliau ada dibelakang kami.

Mata ini tak sanggup mengelak apa yg kita lihat disisi lorong berikutnya. Sungguh pemandangan yg rasanya kita semua berharap ini hanya lah mimpi belaka. Berdiri melayang sosok perempuan dengan wajah penuh luka dan berambut panjang tersenyum cekikian menatap kami. Untuk pertama kalinya gw dan temen2 melihat penampakan begitu jelas. Sangat beda apa yg kita lihat selama ini di film2. Mbah tunggak langsung melangkah ke depan mencegah kami supaya tidak lari. Terlihat mulut mbah tunggak komat kamit membaca doa. Tapi mulut kami semua terkunci tak satu pun dari kita yg sanggup mengucap doa. Bahkan utk baca istighfar saja mulut ini tidak sanggup berkata.


Setelah penampakan di depan kami ini hilang, mbah tunggak mengajak kami keluar dari ruang bawah tanah secepatnya. Melalui tangga dari ruang bawah tanah menuju ke gedung bagian sayap kanan lawang sewu.

Sayap kanan Lawang Sewu - Part 04

Kami semua sekarang sudah berada di gedung lawang sewu yg dibagian sayap kanan. Suasananya lembab, tp tak selembab ruang bawah tanah. Gw, andi, doni, beni dan farid masih merasa ngeri dengan kejadian penampakan di ruang bawah tanah. Harusnya penampakan yg kita lihat di ruang bawah tanah, sudah cukup memberikan alasan untuk mengakhiri perjalanan kami. Namun rasa penasaran lebih jauh mengalahkan niat kami untuk mengakhiri.

"Mbah kok bau amis darah ya?" Gw bertanya ke mbah tunggak karena indera penciuman hidung ini mencium seperti bau darah yg masih segar dan terasa sangat pekat di hidung. Temen2 yg lain juga merasakan hal yg sama.

"Dewe metu seko ruangan ini wae. Kalau diterusin lewat sini untuk menuju lobi depan nanti sampeyan2 ndak kuat" ucap mbah tunggak yg sepertinya jg merasakan dan tau kejadian apa yg akan menimpa kami semua jika dilanjutkan lewat dalam gedung sayap kanan lawang sewu ini. Mungkin beliau paham sebatas apa kemampuan kami bertahan dengan gangguan ghaib.

Menyusuri jalan di luar bangunan membuat kami merasakan mendapat angin segar. Suasana kembali berubah ketika kami sudah memasuki lobi utama lawang sewu.


Foto lobi utama pd siang hari.

"Sungguh megah bangunan bersejarah ini mempunyai kelas nya tersendiri" puji kami yg terkagum dengan struktur bangunan lobi utama. Terutama di bagian kaca terdapat ornamen seperti lukisan gambar (gw enggak tau namanya apa).

"Sudah? Ayok kita naik ke lantai 2" ajak mbah tunggak yg melihat kita seperti sudah puas mengambil beberapa gambar dan rekaman di lobi utama lawang sewu. Begitu menaiki anak tangga lantai 2 mbah tunggak bercerita apa saja yg terjadi disini dan sambil mengganti lilin yg mulai terlihat mau habis.


"Astagfirullah..Allah Akbar...!" Teriak beni beristighfaf karena kami semua melihat penampakan perempuan dengan posisi kepala menunduk dan wajah tertutup dengan rambut (kurang lebih seperti gambar diatas). berjarak hanya 2-3 meter di depan kami. Gw sempet melihat ekspresi mbah tunggak agak sedikit kaget. Reaksi doni dan andi langsung menutup mata dan membuang pandangan. Reaksi dari farid saat itu tangannya mencoba mengumpulkan kekuatan utk mengambil gambar. Tp gw melarangnya dengan isyarat tangan gw, farid sudah paham.

"La La La Land!!!" Gw gak ngerti bahasanya gan yg diucapkan itu bahasa belanda. Gw bikin ilustrasi dia ngomong gitu aja. Soalnya gw lupa detail ngomongnya

Mbah tunggak yg tau dan hanya mbah tunggak yg menjawab. Setelah sosok penampakan tersebut hilang, mbah tunggak hanya menjelaskan kl malam ini kita di larang memasuki ruangan jenderal. Merupakan salah satu ruangan yg bersejarah untuk bangsa Indonesia.

"Deg.. Deg.. Deg.." Sepanjang perjalanan di lorong lantai dua kami mendengar suara langkah yg melompat lompat mengikuti kami. Tp kl di lihat ke arah belakang tidak nampak wujudnya dan suara hilang.

"Sak ngertiku ning kene orak ono pocong. Dadi iku suoro sing lompat2 dudu pocong. Dan pocong iku ora lompat2 kyk ning film ngono kae" ucap mbah tunggak yg sepertinya tau pikiran kami.


Lantai 3 Lawang Sewu - Part 05

Semua kepala mendangak kearah atas, melihat kegelapan tangga berputar yg mengarah pada kegelapan lantai 3 lawang sewu. Salah satu akses menuju lantai 3 harus menaiki anak tangga berputar peninggalan belanda. Disini akan merasakan sensasinya sendiri, tangga berputar yg terasa bergoyang goyang. Kali ini tidak ada yg takut. mungkin makin terbiasa lebih tepatnya.

Sampai di lantai 3 struktur baja atap bangunan lawang sewu terlihat kokoh. Memang tidak terlalu gelap, karena adanya cahaya penerangan jalan pemuda yg terbias masuk ke ruangan ini.

"Oo ini aula ya mbah?" Tanya gw sambil melihat sekeliling. Secara tiba andi mengambil gambar melalu kamera yg dipegangnya.

"Jepret jepret jepret" lampu flash kamera juga menyala secara beruntun.

"Ojo!!" Teriak mbah Tunggak yg lupa memberi peringatan ke kami. Dan kita juga lupa meminta ijinnya terlebih dahulu boleh apa enggak.

Andi menoleh kearah mbah Tunggak seperti merasa tidak bersalah. Tatapan andi berubah seperti merasakan ada yg memegang kaki nya. Dan benar saja andi terseret hingga terbentur tembok di ujung aula. Disusul beni mengalami hal serupa. Gw yg lihat kondisi beni jatuh dan terseret sebenarnya mencoba meraih tangan beni. Namun mbah Tunggak mencegah gw tanpa alasan. (Di part beni jatuh dan terseret ada video nya gan. Kebetulan doi sendiri yg bawa handycam nya. Rekaman jg mengarah ke wajah doi sendiri)

"Andi? Beni?" Teriak doni dan farid memanggil nama mereka berdua. Berharap dijawab oleh mereka berdua pula. Dari ruangan gelap di ujung sana kami melihat seperti ada kedua bola mata merah menyala menatap kami. Mbah Tunggak langsung duduk bersila membaca doa. "Kalian bertiga ikuti saya! Baca doa!" Kita bertiga mengikuti mbah Tunggak duduk bersila dan berdoa. Gw mendengar farid melantunkan dzikir, sedangkan gw mendengar doni membaca doa sebelum tidur setelah itu baru ayat kursi.

"Mbah ini gimana?" Tanya gw yg merasa sepertinya aura negatif sudah hilang.

"Kalian bertiga tunggu disini. Biar mbah yg nyamperin kedua temen kamu" dengan nafas tersenggal senggal beliau mencoba berdiri. Gw, doni dan farid cuma saling pandang heran sebenarnya apa yg terjadi sama mbah Tunggak? Yg jelas beliau menyelamatkan nyawa kami semua.

"Ndi lu gak apa? Ben lu jg gak kenapa2 kan??" Tanya kita bertiga ke mereka berdua yg masih seperti baru bangun dari tidurnya. Mbah Tunggak meminta air yg dibawa farid dan membacakan doa sebelum di minum andi dan beni.

"Mbah gak nyangka penghuni yg dari ruang bawah tanah mengikuti kalian semua sampai lantai 3 ini. Pantas mbah gak lihat nonik yg biasanya berdiri diatas tangga berputar" Mendengar pernyataan dari mbah Tunggak, kami semua kaget. Kami berharap tidak akan ada kejadian yg menimpa kami lg setelah ini.

"Ayo kita lanjut jalan ke arah menara yg terkena tembakan. Tp tahan penciuman hidung kalian ya" ajak mbah Tunggak yg melihat kondisi andi dan beni sudah baikan. Entah maksudnya apa tahan penciuman hidung yg di ucapkan mbah Tunggak.

"Ealaaahhh...mambu mbah" gerutu gw dan temen2 yg lain. Mbah tunggak cuman ketawa mendengar keluhan kami. Gimana enggak bau? Jalan menuju kearah menara ini ada ruangan, dulu ruangan ini untuk tandon (tadah air) dan ruangan itu sekarang dipenuhi kelalawar beserta kotorannya kira2 setebal dua bungkus rokok.

Sampai di pilar menara bagian depan utama lawang sewu kita bisa melihat tugu muda dengan jelas. Di pilar menara utama ini juga terjadi sejarah. Tembakan meriam dari museum mandala bhakti mengenai struktur baja pilar utama. Sisa sisa meriam saat itu masih ada dan bisa di lihat.

"Dulu terjadi pertempuran disini. Salah satunya pertempuran lima hari di semarang melawan jepang. Dari tugu muda sampai daerah kaligawe pertempuran pecah! Banyak para pejuang yg gugur. Para pejuang melawan tentara jepang dengan senjata seadanya, benar2 seadanya! Melawan senjata modern! Para pejuang itu rakyat biasa dan tentara indonesia. Semua bersatu melawan jepang! Yg tertangkap?? Kami semua sudah tau apa resiko nya. Jika beruntung, maka kepala kami akan dipenggal di sungai belakang lawang sewu. Jika kurang beruntung maka kami akan merasakan penjara pendem! Mati secara perlahan.." mbah Tunggak menceritakan dengan mata berkaca2. Kami pun yg mendengar merasakan hal yg sama. Rasa takut penampakan selama kita melihat dan merasakan di lawang sewu kami lupakan. Kami lebih merasakan perjuangan para pahlawan yg rela mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan. Mata ini tak sanggup lg membendung, menetes air mata kami. Tidak ada isak tangis. Hanya tetesan air mata yg mengalir dari kedua mata kami semua tanpa ada suara.

google+

linkedin

Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show Emoticon